Kisah Nyata Mahasiswa Teknik! dari yang Bahagia Hingga Merasa Tersesat
Ini adalah sepenggal kisah hidup saya yang pernah saya alami ketika jadi mahasiswa Teknik. Awalnya merasa bahagia hingga bangga, namun ternyata sempat merasa tersesat dan ingin menyerah, lalu memilih untuk tetap bertahan dan melanjutkan hingga akhir. Mengingat masa-masa kuliah dulu, seakan membuka lembar demi lembar kehidupan.
Tidak hanya itu, mungkin saya satu-satunya orang di desa saya, yang memilih masuk kampus Teknik, kebanyakan oarng-orang asal desa saya banyak yang memilih jurusan guru atau kesehatan.
Di awal-awal ketika hendak mengurus masuk kuliah, saya merasa berjuang sendiri, mulai dari mengurus berkas, administrasi, ikut test dan lainnya, rata-rata saya lakukan sendiri atau bersama teman. Saya harus menempuh perjalanan 2 jam untuk bisa sampai ke PTN yang ada di kota.
Sebuah pengalaman yang menyenangkan bisa bertemu dengan banyak orang dan mahasiswa lain dari berbagai daerah yang berbeda.
Salah satu alasan yang membuat saya merasa salah memilih jurusan adalah karena saya lemah dalam hal hitung-hitungan. Alhasil, pada beberapa mata kuliah seperti Matematika Dasar dan Matematika Rekayasa, saya harus mengambil 2x untuk perbaikan nilai.
Niat itu saya sampaikan kepada orang tua, namun mereka tidak setuju saya pindah jurusan. Alasan ketidaksetujuan orang tua adalah karena lulusan Psikologi susah nyari kerjanya. Akhirnya, saya harus bertahan di Teknik dengan segala daya upaya. Setengah hati saya menjalani kegiatan kuliah, bahkan terkadang saya menangis saat menghadapi berbagai tugas kuliah yang seakan berat.
Banyak teman-teman saya yang dengan mudah mengerjakan soal atau tugas kuliah, mendapatkan IPK di atas 3 koma, sedangkan saya harus susah payah untuk mencapai itu semua.
Bisa menuntaskan kuliah di kampus Teknik merupakan salah satu pencapain terbesar. 5 tahun berjuang sebagai mahasiswa Teknik, telah mengajarkan saya banyak hal dan itu juga yang membentuk karakter saya saat ini.
1. Bangga Bisa Kuliah Di Teknik
Bagaimana saya tidak merasa bangga dan senan? bisa kuliah di salah satu PTN favorit di daerah saya, adalah sebuah kebanggan tersendiri, apalagi saat itu, dari 4 orang teman yang sama-sama ikut tes masuk PTN, hanya saya yang bisa lulus sedangkan 3 orang teman saya akhirnya memilih untuk masuk universitas lain.Tidak hanya itu, mungkin saya satu-satunya orang di desa saya, yang memilih masuk kampus Teknik, kebanyakan oarng-orang asal desa saya banyak yang memilih jurusan guru atau kesehatan.
2. Merasa Keren Saat Memakai Jas Almamater
Ada rasa bangga saat pertama kali mengenakan jas almamater. Mengingat, pada mulanya saya hampir tidak kuliah karena orang tua sebenarnya tidak setuju. Mereka ingin saya bekerja dan tetap tinggal di desa.Di awal-awal ketika hendak mengurus masuk kuliah, saya merasa berjuang sendiri, mulai dari mengurus berkas, administrasi, ikut test dan lainnya, rata-rata saya lakukan sendiri atau bersama teman. Saya harus menempuh perjalanan 2 jam untuk bisa sampai ke PTN yang ada di kota.
3. Semangat Saat Ospek
Menjalani masa Ospek di kampus Teknik tidaklah mudah, selain banyak persyaratan yang harus dipenuhi, juga harus menghadapi kakak senior yang sebagian berperan sebagai antagonis. Namun, karena semangat yang tinggi, saya berusaha kuat dan tetap semangat hingga akhir masa orientasi.Sebuah pengalaman yang menyenangkan bisa bertemu dengan banyak orang dan mahasiswa lain dari berbagai daerah yang berbeda.
4. Ibarat Katak Baru Keluar Dalam Tempurung
Saya yang dulunya adalah orang desa dan harus berpindah tempat ke kota demi mengenyam pendidikan merasa seeperti seekor katak yang baru keluar dari dalam tempurung. Suasana kota yang ramai membuat saya terpesona. Ada banyak hal baru yang saya ketahui, bahkan tidak jarang membuat saya takjub. Saya jadi tahu, bagaimana rasanya hidup di kota.5. Seiring Waktu Saya Merasa Seakan Tersesat
Di awal perkuliahan, saya masih belum terlalu tahu bagaimana kesibukan mahasiswa Teknik pada umumnya karena memang jadwal kuliah belum terlalu aktif. Memasuki semester 2, saya merasa seakan tersesat di sebuah jurusan yang sebenarnya tidak sepenuhnya saya inginkan. Hati saya mulai merasa berat untuk terus lanjut kuliah di Teknik.Salah satu alasan yang membuat saya merasa salah memilih jurusan adalah karena saya lemah dalam hal hitung-hitungan. Alhasil, pada beberapa mata kuliah seperti Matematika Dasar dan Matematika Rekayasa, saya harus mengambil 2x untuk perbaikan nilai.
6. Niat Pindah Jurusan
Saking tidak tahannya menghadapi pelajaran di kampus Teknik, saya sempat berniat ingin pindah jurusan. Saat itu terpikirkan untuk pindah ke jurusan Psikologi karena merasa ada ketertarikan dalam mempelajari karakter orang.Niat itu saya sampaikan kepada orang tua, namun mereka tidak setuju saya pindah jurusan. Alasan ketidaksetujuan orang tua adalah karena lulusan Psikologi susah nyari kerjanya. Akhirnya, saya harus bertahan di Teknik dengan segala daya upaya. Setengah hati saya menjalani kegiatan kuliah, bahkan terkadang saya menangis saat menghadapi berbagai tugas kuliah yang seakan berat.
7. Minder
Bertemu dan berkumpul dengan oaring-orang pintar, memang terkadang menyenangkan. Namun, hal tersebut juga bisa memunculkan rasa minder. Ya, saya sering merasa minder dengan teman-teman satu jurusan, terutama dengan mereka yang pintar.Banyak teman-teman saya yang dengan mudah mengerjakan soal atau tugas kuliah, mendapatkan IPK di atas 3 koma, sedangkan saya harus susah payah untuk mencapai itu semua.
8. Komitmen Dengan Pilihan
Seiring waktu berlalu, dengan segala tenaga yang tersisa, saya berusaha untuk tetap bertahan dan menyelesaikan kuliah hingga akhir. Saya pikir, meski semua yang saya jalani berat dan tidak mudah, menyelesaikan kuliah di Teknik adalah tanggung jawab atas sebuah pilihan yang sudah saya ambil, dan juga sebagai pembuktian kepada orang tua bahwa saya bisa.9. Pejuang Skripsi
Tidak terasa, saya sampai di semester akhir dan mulai menyusun skripsi. Tidak mudah melalui tahap ini karena pada saat itu, saya harus melewati sidang berkali-kali. Bahkan saya sempat masuk Rumah Sakit, sehari setelah maju sidang proposal skripsi. Beban pikiran yang membuat saya stres berdampak pada fisik. Saya terkena penyakit Tipes dan harus rawat inap, untunglah cuma 3 hari di RS. Setelah itu, lanjut lagi penelitian untuk Tugas Akhir.10. Ada Bahagia Saat Wisuda
Setelah melalui sidang yang berkali-kali dan melelahkan, sampailah saya pada momen wisuda. Saat dinyatakan lulus, saya benar-benar bahagia, perasaan campur aduk dan lega jadi satu. Beban berat seakan sudah terangkat dan lepas. Melihat senyum orang tua ketika mereka menyaksikan saya wisuda adalah salah satu momen terbaik dalam hidup saya.Bisa menuntaskan kuliah di kampus Teknik merupakan salah satu pencapain terbesar. 5 tahun berjuang sebagai mahasiswa Teknik, telah mengajarkan saya banyak hal dan itu juga yang membentuk karakter saya saat ini.
0 Response to "Kisah Nyata Mahasiswa Teknik! dari yang Bahagia Hingga Merasa Tersesat"
Post a Comment